Tuesday, February 18, 2020

Changes, As You Grow Older


Waktu jaman SMP, kalo gak salah tahun 2009/2010, playlist lagu di hape kebanyakan lagu-lagu barat, entah kenapa rasanya kalo dengerin lagu lokal gak ada kerennya, paling banter cuma Peterpan, walaupun Peterpan sampe sekarang sebenarnya masih jadi salah satu playlist favorit.

Lagu-lagu barat itu yang mendominasi tentunya A7X (Avenged Sevenfold), yang gak pernah dengerin lagu A7X pas SMP, tolong mundur. "keren" adalah landasan utamaku dalam memilih lagu yang aku suka waktu itu, iya, cuman keren, yang notabene bergenre rock tanpa merhatiin makna lagunya, yang penting lagunya keren. Tapi sekarang satupun gak ada lagu A7X di hape, semenjak kenal mereka. Pergaulanku dengan mereka mempengaruhi selera laguku dengan perlahan, begitu juga dengan bagaimana aku menghayati lirik-lirik lagunya. Mr. Big, Goin Where the Wind Blows, lagu lawas pertama yang mulai merubahku. Tahun demi tahun, mulailah teracuni dengan lagu-lagunya Iwan Fals, Ipang, Jamrud, Slank, Boomerang, dll.

Semakin berumur, semakin mengerti makna akan suatu hal, jadi gampang masuk ke hati alias baper. Pengalaman hidup juga berpengaruh, mungkin pernah mengalami suatu kesialan, perjuangan, ditinggalkan, dan lainnya, sehingga ketika memainkan atau mendengar sebuah lagu, jadinya benar-benar merasakan makna dari setiap lirik lagunya. Gak cuma lagu, film juga jadi lebih dapet feelnya, bahkan nonton video cuplikan anime Naruto yang kehilangan Jiraiya aja bisa baper, padahal dulu biasa aja, ya seperti yang aku blg sebelumnya, cuma ngincer kerennya doang, dulu baca komiknya cuman liat gambarnya aja, sampe temen yang punya komik heran, kok bacanya cepet, bukan baca, tapi lebih tepatnya ngeliat doang jadinya. Atau selain itu coba dengerin lagu-lagu pembawa perasaan kayak Iwan Fals, atau Slank yang Anyer 10 Maret, trus baca komen-komennya, try not to baper, wkwk.

Ada sisi baik dan buruk sebenarnya. Sisi baiknya, kalo nonton ato dengerin lagu bisa lebih menghayati, feelnya dapet, bisa lebih memahami satu sama lain. Sisi buruknya, easy heart touch, jadi gampang tersentuh, i hate that moment.

just let it, enjoy every little moment of your life.

Antara Terus Berlayar dan Menepi

Dari tamat SMA (2014), udah gabung di tim panjat tebing Denpasar, yang dari awalnya cuma megang tim sekolah SMA, sekarang udah sampe bawa tim kota ke ajang lomba provinsi. 86% kegiatan hidupku ada di panjat, selain nemenin anak-anak Denpasar dan club buat latihan di Lapangan Buyung, aku juga nemenin anak SMA4 buat latihan, dari yang awalnya ngayah sampe digaji (walaupun gak seberapa) sama sekolah sampe sekarang tetep nemenin, kecintaan terhadap almamater sekolah, eh bukan sih, lebih tepatnya kecintaan terhadap organisasinya, Bhuana Yasa, kehidupan luar biasaku yang penuh cerita berawal dari masa-masa SMA, ditambah bergabung ke extra organisasi ekstrimis ini. Bhuana Yasa atau biasa di singkat BY, atau bisa juga BHUAYA, merupakan salah satu dari 3 extra besar yang disegani di sekolah itu, terkenal dengan kerasnya, dan entah kenapa aku bisa terjerumus ke neraka jahanam itu. mungkin next time bakal nulis serba serbi perjuanganku jadi anggota tetap BY.

Seperti yang aku bilang sebelumnya, kehidupan luar biasaku dimulai saat SMA, dan berlaku setelahnya. Tibalah waktu itu aku bergabung di tim panjat tebing Denpasar, yang isinya orang-orang luar biasa. Dari yang paling baik hingga yang paling bangsadh ada disini. Keanekaragaman spesies manusia disini, selain perilaku, latar belakang kisah masa lalu dan pekerjaan mereka membuat pandangan dan pengetahuanku terbuka (walaupun belum kebuka lebar banget, setidaknya terbuka aja udah sukur).

Canda dan tawa sebagian besar aku ekspresiin bersama mereka waktu itu, dan, tibalah zaman regenerasi. Orang-orang yang biasa diajak having fun dilapangan satu persatu mulai ngilang, memang alasan pekerjaan adalah alasan yang gabisa dibantah lagi. Mereka yang telah lama berlayar, dan sekarang telah menurunkan layarnya dan menepi, dan bahkan ada yang berlayar tapi mengarungi laut yang berbeda. sering terpintas di pikiranku untuk menjadi mereka, yang menurunkan layar dan menepi begitu saja, sebenernya bisa aja, tapi udah terlanjur terikat, dalam artian mungkin sudah terlalu enjoy? jadinya susah buat ngelepasin. Apa ini sebenarnya yang aku inginkan? lubuk hati terdalam mungkin berkata iya. aku cuma ingin menjaga apa yang diperjuangkan seseorang, tapi lama-lama menjadi terikat dan enjoy. lelah itu pasti, walaupun tak sepadan dengan lelahnya, aku cuma bisa berusaha dan kerja keras. Tak kan ada lagi yang seperti dia, tapi aku percaya kalo kita bersama, "kita" adalah "dia". i'm just missing you all guys.

"2015"

"2017"

"2019"